• Posted by : MI Bustanul Ulum Sumberanyar 28 Oktober 2012

    1.1 Latar Belakang
    Dalam era globalisasi, masyarakat banyak yang berbicara tentang “mutu” terutama berhubungan dengan pekerjaan yang menghasilkan produk atau jasa. Suatu produk dibuat karena ada yang membutuhkan. Total Quality Management (TQM) atau disebut Manajemen Mutu Terpadu (MMT) hadir sebagai jawaban atas kebutuhan akan mutu tersebut. Suatu produk atau jasa dibuat agar dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggannya. Titik temunya antara harapan dan kebutuhan pelanggaran dengan hasil produk dan/atau jasa itulah yang disebut “bermutu.” Jadi ukuran bermutu tidaknya suatu produk atau jasa adalah pada terpenuhi tidaknya harapan dan kebutuhan pelanggan.
    Konsep Total Quality Manajement (TQM) lahir beberapa dasawarsa yang lalu terutama untuk mengatasi beberapa masalah di bidang bisnis dan industri. Konsep itu telah diimplementasikan dengan sangat berhasil oleh dunia bisnis dan industri di Jepang, dan negara - negara lain di dunia. Hal ini akan menarik jika konsep TQM ditelaah penerapannya di dunia pendidikan terutama di lingkungan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
    Dalam konsep Total Quality Manajement (TQM) bahwa dalam pengelolaan lembaga pendidikan untuk meningkatan mutu harus dilakukan oleh semua unsur lembaga yang dimulai sejak dini. Hal ini dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan, sehingga pendidikan sebagai pelayanan jasa dapat memenuhi kebutuhan para pelanggan baik masa kini maupun masa yang akan datang. Dengan pendekatan TQM diharapkan pendidikan akan dapat menghasilkan lulusan yang bermutu dan dapat meningkatkan mutu secara berkesinambungan.
    Total Quality Manajement (TQM) menganggap bahwa produk pendidikan sebagai industri jasa yang berbentuk pelayanan, diberikan kepada para pelanggan sesuai dengan standar mutu tertentu. Jasa pelayanan ini dapat dikatakan memuaskan jika sesuai dengan keiginan atau melebihi kebutuhan pelanggan bersangkutan.
    Untuk mendapatkan kualitas sekolah yang baik (bermutu), maka yang perlu diperhatikan tidak hanya dari segi sarana prasarana saja, tetapi juga sumber daya manusia yang ada di sekolah, yaitu kepala sekolah, para guru dan karyawan. Selain itu siswa juga merupakan sumber daya manusia yang dikenai kebijakan pendidikan. Siswa berperan sebagai konsumen jasa pendidikan. Sebagai konsumen, kepuasan siswa merupakan indikator penting dari keberhasilan TQM yang dilaksanakan sekolah.
    Selain siswa ada juga konsumen tidak langsung dari jasa pendidikan, yaitu orang tua siswa. Kepuasan orang tua siswa juga merupakan indikator yang sangat penting dalam menilai keberhasilan penerapan TQM di sekolah. Dalam hal ini kepuasan siswa dan orang tua siswa akan tepenuhi jika hasil dari penerapan TQM benar-benar mampu meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
    1.2 Perumusan Masalah
    Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
    1. Apa saja persyaratan implementasi TQM?
    2. Bagaimana fase fase implementasi TQM?
    3. Bagaimana tahap-tahapan implementasi TQM?
    4. Faktor apa saja yang dapat menyebabkan kegagalan implementasi TQM?
    1.3 Tujuan
    1. Mendeskripsikan persyaratan implementasi TQM
    2. Mendeskripsikan fase fase implementasi TQM
    3. Mendeskripsikan tahap-tahapan implementasi TQM
    4. Mendeskripsikan Faktor-faktor penyebabkan kegagalan implementas TQM





    II.  PEMBAHASAN

    2.1 Persyaratan Implementasi TQM dalam pendidikan
    Untuk melakukan perubahan diperlukan komitmen yang kuat. Dalam suatu perubahan pasti ada penolakan terhadap perubahan tersebut. Namun demikian, perubahan harus tetap dilakukan demi kemajuan yang ingin dicapai. Ada bebarapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan perubahan:
    a.    Perubahan akan sulit dilakukan jika menejemen puncak (pimpinan) tidak menginformasikan proses perubahan secara terus menerus kepada karyawan atau bawahannya.
    b.    Persepsi atau interprestasi karyawan sangat mempengaruhi penolakan terhadap perubahan. Karyawan akan mendukung perubahan jika manfaat perubahan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Oleh karena itu seorang menejer diharapkan sering menginformasikan mengenai setiap perubahan pada karyawan serta menyampaikan alasan dan dasar pemiiran dilakukan perubahan.
    Menurut Tjiptono & Anastasia Diana (2003 : 332), Ada beberapa syarat yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan TQM, diantaranya adalah komitmen dari menajemen puncak, komitmen sumber daya yang dibutuhkan, adannya Stering committe dari seluruh bagian organisasi, perencanaan dan publikasi, pembentukan infrastruktur pendukung penyebarluasan dan perbaikan berkesinambungan.
    a. Komitmen dari manajemen puncak
    Hal utama yang harus ada agar TQM dapat dilaksanakan dan mencapai tujuan adalah perlunnya komitmen puncak dari sekolah dalam hal ini kepala sekolah. Komitmen yang diperlukan bukan hanya sumber daya yang diperlukan tetapi juga waktu yang dicurahkan. Kepala sekolah harus mencurahkan tenaga, pikiran, dan waktu untuk implementasi TQM. Dengan keterlibatan manajeman puncak (kepala sekolah) pelaksanaan TQM akan dapat digerakan, diawasi, dan dievaluasi oleh kepala sekolah secara langsung.

    b. Komitmen sumber daya yang dibutuhkan,
    Bahwa segala sesuatu memang memerlukan biaya. Namun kita harus harus dapat menggunakan biaya yang ada seefesien mungkin. Biaya digunakan untuk melakukan pelatihan bagi elemen sekolah dan konsultan. Kedua hal tersebut biayanya harus selalu ada.
    c. Adannya stering committe dari seluruh bagian organisasi,
    Stering committe ini di ketuai oleh kepala sekolah dan anggotanya dari warga sekolah misalnya wakil kurikulum, kesiswaan, humas, sarana pprasarana, kpala adminstrasi sekolah. Strering komite ini berfungsi menentukan cara implentasi TQM dan kemudian memantau pelaksanaanya. Dalam menjalankan tugasnya Stering committe harus membuat perencanaan, menentukan sasaran, menentukan tujuan, melaksanakan dan memantau hasil yang dicapai. Stering commite ini juga harus membentuk tim tim lagi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen adalah adannya keasatuan arah, komando dan tujuan sehingga kerja tim dapat mencapai sasaran dan tujuan dengan tepat.
    d. Perencanaan dan publikasi
    Perencanaan merupakan faktor utama yang harus dilakukan sebelum melaksanakan suatu kegiatan. Dalam implementasikan TQM perlu dipersiapkan hal-hal sebagai berikut:
    1)    Membuat visi sekolah yang melibatkan warga sekolah
    Visi adalah pandangan jangka panjang yang merupakan perpaduan langkah strategis dan sesuatu yang dicita citakan oleh lembaga (sekolah). Visi sebaiknya disusun secara bersama oleh warga sekolah sehingga mereka akan mengetahui ke arah mana sekolah akan dibawa. Visi hendaknya dinyatakan dengan kalimat yang padat dan bermakna yang nantinya dapat dijabarkan ke dalam tujuan dan indikator. Sebagai contoh Visi sekolah “ UNGGUL DALAM PRESTASI DAN PELAYANAN BERDASARKAN IMAN DAN TAQWA” dengan indikator sebagai berikut:
    • Unggul dalam pencapaian nilai Ujian Nasional
    • Unggul dalam bidang kesenian
    • Unggul dalam bidang olahraga
    • Unggul dalam penulisan karya ilmiah remaja (KIR)
    • Unggul dalam ketrampilan tata boga dan Busana
    • Unggul dalam kegiatan keagamaan
    • Memiliki lingkungan sekolah yang nyaman dan kondusif untuk belajar
    • Unggul dalam kebersihan dan kesehatan sekolah
    • Menguasai pengetahuan dan teknologi Komputer
    • Unggul dalam memberikan pelayanan
    2)    Membuat Sasaran dan Tujuan Umum
    Sasaran maupun tujuan harus sesuai dengan visi yang telah di buat secara bersama. Sasaran dan tujuannya hendaknya mencerminkan kegiatan akdemik dan non akademik yang akan dicapai oleh sekolah. Contoh tujuan sekolah dalam jangka waktu 4 tahun
    • Siswa lulus 100 % ujian nasional UN dan ujian sekolah US dengan rata rata nilai 6,00
    • 70 % siswa yang lulus diterima di SMU/SMK Negeri yang berkualitas.
    • Juara II lomba kesenian Tingkat Provinsi
    • Juara dalam bidang olah raga tingkat kota maupun provinsi
    • Tim KIR aktif mengikuti lomba lomba tingkat kota maupun provinsi
    • 90 % siswa terampil dalam ketrerampilan kerumahtanggaan ( tata boga dan Busana)
    • 80 % Siswa mampu membaca Al Qura”an dengan tartil
    • Juara lomba wiyata mandala tingkat kota Samarinda
    • 90 % Siswa dapat mengoperasikan Komputer dan internet
    • Sekolah memberikan pelayanan kepada siswa, orang tua, dan masyarakat dengan baik
    3) Rencana Implementasi TQM
    Rencana yang dibuat diarahkan untuk visi, misi dan tujuan sekolah
    4) Program penghargaan dan pengakuan prestasi
    5) Pendekatan publisitas .
    Seluruh elemen sekolah harus mengetahui apa yang sedang terjadi dalam lingkungan sekolah. Oleh karena jika terdapat informasi maka elemen sekolah harus diberi tahu sehingga mereka dapat memahami dan mendukung keputusan manajemen.
    e. Pembentukan infrastruktur pendukung penyebarluasan dan perbaikan berkesinambungan.
    Faktor yang tidak kalah pentingnya dalam implementasi TQM adalah infrastruktur yang mendukung penyebar luaskan TQM di seluruh bagian organisasi (sekolah) dan perbaikan berkesinambungan, visi, tujuan, program pengakuan, penghargaan atas prestasi dan komunikasi.
    2.2 Fase-fase Implementasi TQM
    George dan A Weimerskirch ( 1994: 259-269) menyatakan bahwa ada 6 fase Implementasi Total Quality Management (TQM), yaitu:
    a.    Komitmen manajemen senior terahadap perubahan
    b.    Penilaian sistem perusahaan (sekolah) baik secara internal maupun eksternal
    c.    Pelembagaan fokus pada pelanggan
    d.    Pelembagaan TQM dalam perencanaan strategik, keterlibatan karyawan, manajemen proses dan sistem pengukuran
    e.    Penyesuaian dan perluasan tujuan manjemen guna memenuhi dan melampaui harapan pelanggan.
    f.    Perbaikan atau penyempurnaan sistim
    Edward Sallis (2011: 244-253) menyatakan bahwa usaha untuk mengimplementasikan TQM sangatlah berat, tetapi ada beberapa langkah sederhana yang dapat diikuti, diantaranya adalah:
    a.    Kepemimpinan dan komitmen terhadap mutu datang dari atas.
    Seluruh tokoh mutu menekankan bahwa tanpa dukungan dari manajemen senior, maka sebuah inisiatif tidak akan bertahan hidup. Tidak terkecuali pendidikan, ia juga harus menegakkan kepemimpinan dan komitmen pada mutu.
    b.    Menggembirakan pelanggan adalah tujuan TQM.
    Hal yang dicapai dengan usaha yang terus-menerus untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, baik internal maupun eksternal.

    c.    Menunjuk fasilitator mutu.
    Fasilitator mutu harus menyampaikan perkembangan mutu langsung kepada kepala sekolah sebagai penanggungjawab program.
    d.    Membentuk kelompok pengendali mutu.
    Kelompok ini berperan untuk mengarahkan dan mendorong proses peningkatan mutu.
    e.    Menunjuk koordinator mutu.
    Koordinator mutu berperan membantu dan membimbing tim untuk menangani dan memecahkan masalah.
    f.    Mengadakan seminar manajemen senior untuk mengevaluasi program.
    Seminar ini bertujuan untuk mensosialisasikan dan menurunkan pesan mutu ke tingkatan lebih bawah.
    g.    Menganalisa dan mendiagnosa situasi yang ada.
    Langkah ini diperlukan untuk menjelaskan posisi dan arah mana yang hendak dituju dalam peningkatan mutu.
    h.    Menggunakan contoh-contoh yang sudah berkembang di tempat lain.
    Hal ini dapat mempermudah untuk mengambil keputusan metode atau cara mana yang yang harus digunakan dalam peningkatan mutu.
    i.    Mempekerjakan konsultan eksternal.
    Hal ini mungkin sulit dilakukan karena untuk mempekerjakan konsultan biayanya cukup mahal, tetapi konsultan dapat membantu mempermudah melaksanakan program.
    j.    Memprakarsai pelatihan mutu bagi para staf.
    Pengembangan staf dapat dilihat sebagai sebuah alat yang penting dalam membangun kesadaran dan pengetahuan tentang mutu. Ia dapat menjadi agen perubahan strategis dalam pengembangan kultur mutu.
    k.    Mengkomunikasikan pesan mutu.
    Suatu program harus dikomunikasikan dengan jelas agar tidak terjadi kesalahpahaman tentang tujuan mutu.
    l.    Mengaplikasikan alat dan teknik mutu melalui pengembangan kelompok kerja yang efektif.
    m.    Mengevaluasi program dalam interval yang teratur.
    2.3 Tahap-tahap Implementasi TQM
    Menurut Sukardi (2009), ada bebarapa tahap yang dapat dilakukan dalam mengimplementasikan TQM, yaitu:
    1.    Melakukan sosialisasi
    Dengan cara sebagai berikut:
    a.    Baca dan pahami sistem, budaya dan sumber daya yang ada disekolah.
    b.    Identifikasi sitem, budaya dan sumber daya yang perlu diperkuat dan perlu diubah.
    c.    Buatlah komitmen secara rinci.
    d.    Bekerjalah dengan semua unsur sekolah untuk mengklarifikasi visi, misi, tujuan, sasaran, rencana dan program-program.
    e.    Hadapi status quo terhadap perubahan
    f.    Garisbawahi prioritas sasaran, budaya dan sumber daya yang belum ada sekarang.
    g.    Pantaulah dan arahkan proses perubahan agar sesuai dengan visi, misi, tujuan, sasaran, rencana, dan program-program
    h.    Mengidentifikasi tantangan nyata di sekolah.
    Tantangan adalah selisih antara ketidak sesuaian antara output sekolah saat ini dan output sekolah yang diharapkan dimasa yang akan datang. Tantangan terdiri dari tantangan kualitas dan tantangan efektivitas.
    2.    Mengidentifikasi fungsi manajemen mutu sekolah untuk mencapai sasaran
    Fungsi yang diidentifikasi adalah fungsi proses belajar mengajar beserta fungsi-fungsi pendukungnya yaitu fungsi pengembangan kurikulum, fungsi perencanaan dan evaluasi, fungsi ketenagaan, keuangan, fungsi pelayanan kesiswaan, fungsi pengembangan iklim akademik sekolah, fungsi hubungan sekolah dengan masyarakat dan fungsi pengembangan fasilitas.
    3.    Melakukan analisis SWOT
    Analisis SWOT dilakukan untuk mengenali tingkat kesiapan setiap fungsi dari keseluruhan fungsi sekolah yang diperlukan untuk mencapai sasaran, maka analisis SWOT dilakukan tehadap keseluruhan factor dalam setiap fungsi baik factor internal maupun eksternal.
    4.    Menyusun rencana dan program peningkatan mutu
    Berdasarkan langkah-langkah pemecahan persoalan sekolah bersama-sama dengan semua unsure membuat rencana untuk jangka pendek, jangka mengah, dan jangka panjang beserta program-programnya untuk merealisasikan rencana tersebut. Sekolah tidak selalu memiliki sumber daya yang cukup untuk memenuhi semua kebutuhan bagi pelaksanaan TQM sehingga perlu dibuat skala prioritas untuk jangka pendek, menengah, dan panjang.
    Rencana yang dibuat harus detail dan lugas tentang aspek-asoek mutu yang ingin dicapai, kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan, siapa yang harus melaksanakan, kapan dan dimana dilaksanakan, dan berapa biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut. Hal ini diperlukan untuk memudahkan sekolah dalam menjelaskan dan memperoleh dukungan dari pemerintah maupun orang tua peserta didik baik secara moral naupun finansial.
    5.    Melaksanakan rencana peningkatan mutu
    Dalam melaksanakan peningkatan mutu pendidikan yang telah disetujui bersama antara sekolah, orang tua dan masyarakat, maka sekolah perlu mengambil langkah proaktif untuk mewujudkan sasaran yang sudah ditetapkan sebelumnya.
    Sebagai upaya untuk mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan, kepala sekolah perlu melakukan supervisi dan monitoring terhadap kegiatan-kegiatan peningkatan mutu yang dilakukan di sekolah. kepala sekoalh dapat memberikan arahan, bimbingan, dukungan, dan teguran kepada guru atau tenaga lainnya apabila terdapat kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana.
    6.    Melakukan evaluasi pelaksanaan
    Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program, sekolah perlu mengadakan evaluasi pelaksanaan program yaitu evaluasi jangka pendek dilakukan setiap semester untuk mengetahui keberhasilan program secara bertahap. Sedangkan evaluasi jangka menengah dilakukan setiap akhir tahun untuk mengetahui sebarapa jauh program peningkatan mutu untuk mencapai sasaran-sasaran. Dengan evaluasi ini akan diketahui kekuatan, kelemahan program untuk diperbaiki pada tahun berikutnya.
    Dalam melaksanakan evaluasi kepala sekolah harus mengikutsertakan seluruh komponen stakeholder sekolah agar mereka dapat ikut serta dalam menilai keberhasilan program yang telah dilaksanakan, memecahkan masalah dan ikut mendukung program sekolah selanjutnya.
    7.    Merumuskan sasaran mutu baru
    Hasil evaluasi digunakan sebagai masukan untuk merumuskan sasaran selanjutnya. Dalam merumuskan sasaran, diperlukan suatu analisis yang disebut analisi SWOT untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang.
    2.4 Faktor Penyebab Kegagalan Implementasi TQM
    TQM merupakan pendekatan baru yang menyeluruh yang membutuhkan perubahan total atas paradigma manajemen tradisional , komitmen jangka panjang, kesatuan tujuan, dan pelatihan pelatihan khusus. Kegagalan pelaksanaan TQM juga disebabkan pelaksanaan yang setengah hati dan harapan yang tidak realistik. Kesalahan kesalahan yang sering dilakukan dalam implementasi TQM adalah:
    1. Delegasi dan kepemimpinan yang tidak baik
    Inisiatif perbaikan kualitas semestinnya datang dari pihak manajemen yang mana mereka harus terlibat langsung dalam pelaksanaanya. Jika hal ini diserahkan kepada kosultan atau pihak lain yang digaji maka kemungkinan kegagalan sangat besar
    2. Pembentukan tim yang tidak kompak karena tidak memiliki pemahaman yang sama dan tidak adanya perubahan budaya kerja baru.
    Ketidak kekompakan tim akan menghambat kerja tim dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, manajemen seharusnya menyatukan pandangan, persepsi , dan pemahaman yang sama terhadap tim sehingga kegagalan dalam kerja dapat diminimalisir. Budaya kerja juga perlu adanya perubahan, budaya kerja yang kurang baik harus segera dibenahi sebab akan menggangu kinerja tim

    3. Menggunakan pendekatan yang terbatas
    4. Harapan yang berlebihan dan tidak realistis
    Harapan hendaknya disusun secara realistik. Contohya sekolah mengirim beberapa guru mengikuti pelatihan beberapa minggu tentang model model pembelajaran di kelas. Guru tidak mungkin langsung terampil dan profesional dalam mengimplentasikan dalam kelas. Untuk mencapai profesional guru harus memimplementasikan dengan waktu ayang lama melalui poroses.
    5. Adannya anggapan bahwa karyawan setelah mendapat pelatihan, yang bersangkutan akan menghasilkan hal yang positif. Padahal dalam praktiknya karyawan tidak tahu apa yang harus dilakukan (Mulyadi, 2010).




    III. KESIMPULAN

    TQM merupakan pendekatan baru yang menyeluruh yang membutuhkan perubahan secara total . Syarat yang dapat dilakukan untuk mengimplementasikan TQM, adalah adanya komitmen dari menajemen puncak, komitmen sumber daya yang dibutuhkan, adannya Stering committe dari seluruh bagian organisasi, perencanaan dan publikasi, pembentukan infrastruktur pendukung penyebarluasan dan perbaikan berkesinambungan.
    Ada bebarapa tahap yang dapat dilakukan dalam mengimplementasikan TQM, yaitu: melakukan sosialisasi, mengidentifikasi fungsi manajemen mutu sekolah untuk mencapai sasaran, melakukan analisis SWOT, menyusun rencana dan program peningkatan mutu, melaksanakan rencana peningkatan mutu, melakukan evaluasi pelaksanaan, dan merumuskan sasaran mutu baru
    Dalam mengimplementasikan TQM sekolah terlebih dahulu harus memenuhi persyaratan persyaratan dengan melakukan melalui fase-fase atau tahapan tahapan sehingga kemungkinan kegagalan dalam pelaksanaanya kecil. Kegagalan pelaksanaan TQM dapat disebabkan pelaksanaan yang setengah hati dan harapan yang tidak realistik.


    DAFTAR PUSTAKA

    George S. & A Weimerskirch (1994). Total Quality Management. New York: John Wiley & sons., Inc.
    Mukyadi (2010). Implementasi Total Quality Management di Sekolah. Diakses pada tanggal 14 Mei 2012.
    Sallis, Edward (2011). Terj. Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi. Total Quality Management in Education: Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan. IRCisoD. Jogjakarta.
    Sukardi (2009). Penerapan Manajemen Mutu Terpadu. Diakses pada tanggal 14 Mei 2012 dari http:// www. ravik.staff.uns.ac.
    Tjiptono F & Diana A (2003). Total Quality Management, Andi Offset. Yogyakarta.

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • Copyright © - MI BUSTANUL ULUM

    MI BUSTANUL ULUM - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan