• Posted by : MI Bustanul Ulum Sumberanyar 28 Oktober 2012

    BAB I
    PENDAHULUAN
    A.    Latar Belakang
    Kesadaran akan kebutuhan pendidikan kini cenderung meningkat.Pendidikan secara universal dapat dipahami sebagai upaya pengembangan potensi kemanusiaan secara utuh dan penanaman nilai-nilai sosial budaya yang diyakini oleh sekelompok masyarakat agar dapat mempertahankan hidup dan kehidupan secara layak. Secara lebih sederhana, pendidikan dapat dipahami sebagai suatu proses yang diperlukan untuk mendapatkan keseimbangan dan kesempurnaan dalam mengembangkan manusia.
    Telah lama bangsa Indonesia berada pada kondisi krisis multidimensi dan  juga  multikultural,mulai dari masalah ideologi, politik, dan pendidikan yang sarat dengan kesenjangan dan konflik budaya yang tidak lagi berkarakter. Ekonomi yang labil dan tingkat keamanan yang sangat rendah membuat komplektisitas problematika juga berimbas kepada melemahnya tingkat kualitas pendidikan yang ada. Lemahnya kualitas pendidikan meliputi berbagai hal, di antaranya adalah: a) Kurikulum yang miskin keterampilan, b) Motivasi dan orientasi pendidikan yang sarat dengan pola pikir hedonis dan materialistis, c) Monopoli arti kecerdasan yang selama ini hanya bersandar pada ranah kognitif, d) Metodologi pengajaran yang stagnan dan cenderung mengekang kreatifitas, e) Pola manajemen dan tenaga pengajar yang kurang profesional, f) Pola interaksi yang tidak efektif, g) Evaluasi dan kebijakan yang subjektif, h) Pola pikir masyarakat yang skolastik, dan i) Kondisi masyarakat yang sarat akan kebodohan dan kemiskinan sebagai dampak logis dari tidak adanya nilai optimal keberhasilan (quality outcomes) dalam proses pendidikan (Hamijoyo, 2002: 11).
    Bertolak dari hal tersebut diatas,maka sekolah sebagai lembaga pendidikan formal diupayakan dapat mengemban tiga pilar fungsi sekolah yaitu fungsi reproduksi,fungsi penyadaran, dan fungsi mediasi secara simultan. Fungsi – fungsi sekolah itu diwadahi melalui proses pendidikan dan pembelajaran. Pada proses itulah terjadi aktifitas kemanusiaan dan pemanusiaan sejati.
    Fungsi reproduksi atau disebut juga fungsi progresif merujuk pada eksistensi sekolah sebagai pembaharu dan pengubah kondisi masyarakat kekinian yang lebih maju.Fungsi ini juga berperan dalam wahana pengembangan reproduksi dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Saat ini fungsi progresif sekolah sebagai lembaga pendidikan terus menampakkan sosoknya meskipun pencapaiannya belum signifikan.Misalnya di sekolah – sekolah pedalaman yang masih bertahan pada pola lama dan sulit mendongkrak mutu kinerjanya. Meskipun di sekolah – sekolah yang telah maju telah lahir sekolah – sekolah unggulan bahkan kelas ekselerasi.
    Fungsi penyadaran atau disebut fungsi konservatif bermakna bahwa sekolah bertanggung jawab untuk mempertahankan nilai- nilai budaya masyarakat dan membentuk kesejatian diri sebagai manusia.Sedangkan pendidikan sebagai instrument penyadaran bermakna bahwa sekolah berfungsi membangun kesadaran untuk tetap berada pada tataran sopan santun, beradab, bermoral, dimana hal itu menjadi tugas semua orang.
    Fungsi itu akan lebih lengkap jika pendidikan juga melakukan Ο.
    Menjadi suatu keharusan pula bagi orang tua dan masyarakat untuk berpartisipasi  aktif agar lembaga persekolahan dapat beroperasi secara normal dalam mendidik anak – anaknya. Komitmen masyarakat semacam ini perlu dipelihara karena merupakan salah satu kunci keberhasilan implementasi manajemen  mutu terpadu pendidikan  yang berbasis sekolah.Ketika itulah para pendidik tampil sebagai tenaga akademik yang professional sungguhan, bukan tampil sebagai aparat birokrasi  yang terkontaminasi dengan kekuasaan  dan terlilit perilaku politisi  secara serta merta.Dengan kata lain tripartif Manajemen Berbasis Sekolah ( MBS )  yang berorientasi pada Manajemen Mutu Terpadu  adalah kesinambungan hubungan yang saling mendukung antara  sumber daya sekolah, sumber daya pemerintah dan masyarakat,serta sumberdaya masyarakat dan orang tua siswa. Sehingga apabila digambarkan sebagai berikut :

    Tripartif Sumber daya sekolah menurut Sudarwan Danim
    Format pengelolaan sekolah semacam ini akan muncul jika unit – unit birokrasi yang ada secara hierarkis yaitu melakukan reorientasi kerja dan fungsi pemberdayaan secara professional.Pada tataran tingkat tinggi,kinerja professional dimuati unsur- unsure kiat atau seni yang menjadi ciri tampilan profesional penyandang profesi yang dapat diasah melalui latihan.Hasil studi beberapa ahli mengenai sifat / karakteristik professional itu  sebagai berikut
    1.    Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan akademik
    2.    Memiliki pengetahuan spesialisasi ( subject matter )
    3.    Memiliki pengetahuan praktis yang aplikatif
    4.    Teknik kerjanya dapat dikomunikasikan ( communicable )
    5.    Pengorganisasian kerja secara mandiri(  self organization )
    6.    Mementingkan kepentingan orang lain
    7.    Memiliki kode etik.
    ( Sudarwan Danim 2007 : 93 )
    B.    Tujuan Penulisan
              Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan ( MMTP ) yang menurut para pakar pendidikan bermula dari Manajemen Berbasis Sekolah ( MBS ) adalah mata kuliah yang sangat urgen terutama bagi para pendidik ( guru )dalam dunia pendidikan.Karena di dalamnya memuat banyak hal terkait dengan pengelolaan lembaga pendidikan yang berkualitas di tengah – tengah kemajuan peradaban , kebudayaan, ilmu dan tekhnologi yang semakin pesat.
              Secara filosofis, Manajemen Berbasis Sekolah,dengan pembuatan keputusan lembaga pendidikan secara partisipatif bukanlah tujuan akhir.. Bukan pula sekedar permainan untuk menggali sumber – sumber  masyarakat secara lebih banyak, tanpa tujuan dan sasaran akademik yang jelas, juga bukan sekedar untuk mengetes kapasitas sekolah, tetapi MMT merupakan pilihan strategi  untuk membuat keputusan sekolah  memiliki kaitan yang tidak terpisahkan dengan kebutuhan dan kepentingan peserta didik. MMTP merupakan ujian  atas segala sesuatu  yang harus difokuskan untuk mencapai prestasi siswa, dilihat dari perspektif tingkat kelas, kelompok siswa,, material atau kebijakan , dan praktek – praktek sekolah.
              Sehingga tujuan penulisan yang dimaksud adalah agar melalui mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami secara normatif, filosofis dan kritis terhadap dinamika isu – isu penting  dalam dunia pendidikan Islam terutama dalam peningkatan mutu / kualitas pendidikan yang telah dan sedang berjalan dan tentunya dengan segala implikasinya yang ditimbulkan, sehingga dapat dijadikan potret dan teladan untuk kemudian dapat dikembangkan  secara terus menerus dan terpadu pada lembaga pendidikan yang sedang kita geluti.
    Dalam hal ini pula  Manajemen Mutu  Pendidikan dimaksudkam   untuk dapat menetapkan secara tepat mengenai beberapa hal.
    1.    Apa yang relevan dengan kepentingan anak didik ?
    2.    Dalam hal apa terdapat kesenjangan  antara apa yang ada di sekolah dan apa yang masih harus disediakan?
    3.    Potensi apa yang dimiliki oleh masyarakat untuk andil membangun pendidikan ( sekolah ) ?
    4.    Perilaku macam apa dari sumber daya manusia sekolah yang harus diubah?
    5.    Kebiasaan buruk dari pengelolaan sekolah macam apa  yang harus ditinggalkan ?
    Pertanyaan  - pertanyaan di atas dapat kita jawab dengan mudah setelah kita mengetahui dan mengaplikasikannya dalam lembaga pendidikan. Sehingga tujuan yang paling sejati ( the ultimate goal ) dari MMT / MBS  adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan belajar ( improve the quality of instruction and learning ) bagi para siswa. Melalui MMT ini, sekolah diharapkan secara kontinyu dapat memperbarui kinerjanya dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Mutu transformasi proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah secara keseluruhan sangat itentukan oleh mutu kinerja guru.

    BAB II
    PEMBAHASAN
    A.    Karakteristik  Managemen  Mutu  Terpadu  Pendidikan
             Apa itu manajemen ? Koontz dan Weihrich (1990 ) mengemukakan definisi  manajemen sebagai  “ The process of designing and maintaining an anvironment in which individuals, working together  in group efficiently accomplish selected aims “. Managemen adalah proses pengkoordinasian dan pengintegrasian semua sumber baik manusia fasilitas maupun sumber daya teknikal untuk mencapai tujuan khusus yang ditetapkan. Definisi lain dari para pakar, manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengaktualisasian, pengawasan, baik sebagai ilmu maupun seni, untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
    Kemunculan karakteristik ideal sekolah pada abad ke – 21 seperti disajikan berikut ini , tidak secara sendirinya atau alami. Penemuan karakteristik ideal itu memerlukan perjalanan yang panjang dan penelitian yang sangat serius. Di Amerika Serikat , karakteristik yang dimaksud baru ditemukan pada era reformasi pendidikan generasi keempat. Menurut Bailey (1991 ), berdasarkan generasi reformasi dari generasi keempat inilah tersimpul karakteristik ideal manajemen  berbasis sekolah dan karakteristik ideal sekolah untuk abad ke -21 ( school for the twenty – first characteristicts). Dari Manajemen Berbasis Sekolah (MBS ) inilah kemudian disempurnakan menjadi Menejemen Mutu Terpadu ( MMT ) yang titik tekannya adalah pada perbaikan mutu masukan,proses, keluaran pendidikan, juga layanan purna lulus dengan karakteristik sebagai berikut.
    1.    Adanya keragaman dalam pola penggajian guru
    Istilah populernya adalah pendekatan prestasi ( merit system ) dalam hal penggajian dan pemberian aneka bentuk kesejahteraan material lainnya. Caranya dapat dilakukan dengan penetapan kebijakan melalui pengiriman langsung gaji guru ke rekening sekolah kemudian kepala sekolah mengalokasikan gaji guru itu per bulan sesuai dengan prestasinya.


    2.    Otonomi Manajemen Sekolah
    Sekolah menjadi sentral utama manajemen pada tingkat strategis dan operasional dalam kerangka penyelenggaraan program pendidikan dan pembelajaran. Sementara kebijakan internal lainnya menjadi penyertanya.
    3.    Pemberdayaan guru secara optimal
    Dikarenakan sekolah harus berkompetisi membangun mutu dan membentuk citra di masyarakat , maka guru – guru harus diberdayakan dan memberdayakan diri secara optimal bagi terselenggaranya proses pembelajaran yang bermakna.
    4.    Pengelolaan sekolah secara partisipatif
    Kepala sekolah harus mampu bekerja dengan dan melalui  seluruh komunitas sekolah agar masing – masing dapat menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara baik yang tentunya ada transparansi pengelolaan sekolah.
    5.    Sistem yang didesentralisasikan
    Di bidang penganggaran misalnya, pelaksanaan manajemen ini mendorong sekolah – sekolah siap berkompetisi untuk mendapatkan dana dari masyarakat dan dari pemerintah secara kompetitif ( block grant ) dan mengelola dana itu dengan baik.
    6.    Otonomi sekolah menentukan aneka pilihan
    Dalam hal ini adalah pilihan program akademik dan non akademik dapat dikreasi oleh sekolah sesuai dengan kapasitas dan kebutuhan masyarakat local, nasional dan global.
    7.    Hubungan kemitraan ( Partnership ) antara dunia bisnis dan dunia pendidikan.
    Hubungan kemitraan itu dapat dilakukan secara langsung atau melalui komite sekolah yang bukan hanya untuk keperluan pendanaan,melainkan juga untuk kegiatan praktek kerja disamping program pembinaan  dan pengembangan lainnya.

    8.    Akses terbuka bagi sekolah untuk tumbuh relative mandiri
    Perluasan kewenangan yang diberikan kepada sekolah  member ruang gerak untuk memberi keputusan yang inovatif  dalam mengkreasi program demi peningkatan mutu pendidikannya.
    9.    Pemasaran sekolah secara kompetitif
    Tugas pokok dan fungsi sekolah adalah menawarkan produk unggulan atau jasa.Jika sekolah sudah mampu membangun citra mutu dan keunggulan, lembaga itu akan mampu beradu tawar dengan masyarakat , misalnya berkaitan dengan  jumlah nominal dana yang akan ditanggung oleh penerima jasa layanan.
    B.    Prinsip Manajemen Mutu Terpadu
               Mutu sebuah sekolah  dapat dilihat dari tertib administrasinya, yang salah satu bentuknya adalah adanya mekanisme kerja yang efektif dan efisien baik secara vertical maupun horizontal., Dilihat dari perspektif operasional, manajemen sekolah dalam MMT dikatakan bermutu jika sumber daya manusianya bekerja secara efektif dan efisien.Mereka bekerja bukan kerana ada beban atau karena diawasi secara ketat, namun proses pekerjaannya dilakukan benar dari awal. Bukan mengatasi aneka masalah yang timbul secara rutin karena kekeliruan yang tidak disengaja.
               Kedewasaan dalam bekerja menjadi prinsip dalam  manajemen sekolah yang bermutu. Tenaga akademik dan staf administrasi bekerja bukan karena diamcam, diawasi atau diperintah oleh pimpinan  atau atasannya.Mereka bekerja karena memiliki rasa tanggung jawab akan tugas pokok dan fungsinya. Sikap mental ( mind set )  tenaga kependidikan di sekolah menjadi prasyarat bagi upaya meningkatkan mutu.Sehingga merujuk pada pendapat Edward Sallis ( 1993 ) bahwa sekolah yang bermutu memiliki prinsip atau ciri – ciri
    a.    Berfokus pada pelanggan yaitu semua pihak yang memerlukan, terlibat dan berkepentingan terhadap jasa pendidikan.
    b.    Berupaya mencegah masalah dengan bekerja secara benar dari awal.
    c.    Memiliki investasi dalam SDM
    d.    Memiliki Strategi untuk mencapai kualitas baik di tingkat pimpinan, tenaga akademik dan tenaga administrasi disamping criteria evaluasi.
    e.    Mau belajar dari kesalahan untuk perbaikan.
    f.    Memiliki kebijakan dalam jangka pendek, menengah dan jangka panjang.
    g.    Membagi tugas sesuai porsi, fungsi dan tanggung jawabnya.
    h.    Memiliki kreativitas dalam menciptakan kualitas
    i.    Menempatkan  peningkatan kualitas  secara terus menerus sebagai suatu keharusan.
              Manajemen Mutu intinya adalah upaya terus menerus ( continuous improvement )untuk memperbaiki kinerja sekolah  dengan memposisikan sekolah sebagai institusi yang relative otonom. Di Negara Jepang, istilah perbaikan yang terus menerus ini sarat dengan muatan cultural , yang disebut dengan Kaizen. Kai berarti perubahan dan Zen berarti baik. Kaizen selalu berusaha melakukan perubahan karena tidak pernah ada capaian yang bersifat sempurna dan permanen. Kaizen selalu berusaha meningkatkan mutu atas apa yang telah dicapai. Konsep dasarnya, selalu ada hari lain atau orang lain yang menemukan ruang  dan waktu  untuk membangun inisiatif peningkatan. Sehingga sekolah yang menganut konsep Kaizen tidak mengenal istilah kuota atau target, melainkan standar. Ketika kuota atau target telah dicapai, maka usaha selanjutnya menjadi melemah. Tetapi sebaliknya jika yang  ditetapkan adalah standar, maka akan terus tumbuh motivasi orang untuk memenuhi standar itu. Jika standar yang dikehendaki telah terpenuhi, maka akan ditetapkan standar baru  atau awal baru untuk menentukan capaian  atas standar lain yang dikehendaki.
        Istilah Kaizen baru sering kita dengar dan baca akhir – akhir ini. Itupun wahananya masih terbatas. Jadi sangat mungkin masih banyak orang yang belum pernah mendengar tentang Kaizen.Sedangkan istilah Managemen Mutu Terpadu ( MMT ) atau Total Quality Management ( TQM ) telah banyak dipublikasikan baik dalam buku maupun artikel.
        Padahal sebenarnya jika seseorang telah memahami konsep tentang MMT atau TQM sesungguhnya dia pun telah mulai memahami tentang Kaizen. Karena sebenarnya keduanya berasal dari Kaizen. Bagaimana Prinsip Kaizen ? Tony Barnes ( 1998 ) mengemukakan sepuluh prinsip Kaizen , yaitu sebagai berikut.
    1.    Berfokus pada pelanggan
    Pelanggan sekolah meliputi siswa, masyarakat, guru, kepala sekolah,staf Tata Usaha , dan pengguna lulusan. Fukos utama Kaizen adalah kualitas /mutu produk yang dihasilkan melalui masukan dan proses yang baik yang tujuan utamanya adalah kepuasan pelanggan yang lebih tinggi terhadap kualitas produk yang tercermin dari prestasi akademik dan vokasional tertentu.
    2.    Melakukan peningkatan secara terus menerus
    Suatu realitas dan menjadi sifat alamiah kita selaku masyarakat pendidik bahwa kalau sesuatu tugas bisa dilaksanakan dengan sukses, maka kita mengalihkan tugas pada sesuatu yang baru. Dalam sekolah Kaizen,keberhasilan bukanlah akhir dari suatu tugas,melainkan hanyalah satu langkah maju sebelum mengambil langkah maju berikutnya.Jadi tidak ada hasil akhir karena standar, desain dan biaya pendidikan hari ini tidak akan memenuhi kebutuhan hari di masa yang akan datang.Komunitas sekolah Kaizen mengetahi bahwa jauh lebih efektif dari segi waktudan biaya kalau produkyang sudah ada ditingkatkan kualitasnya dibandingkan setiap waktu harus memulai dari awal lagi dengan selembar kertas kosong.
    Dengan demikian , berbagai kegiatan peningkatan mutu dan luaran sekolah direncanakan dan dilaksanakan secara terus menerus. Sekolah yang berhasil dengan capaian seperti ini bukanlah disebabkan karena mendesain kurikulum yang berbeda secara signifikan dengan sekolah lain, melainkan pada proses kreatif  dan inovatif yang dilakukan oleh warga sekolah pada tingkat praktis.
    3. Mengakui Masalah secara terbuka
        Dengan membangun kultur yang tidak saling menyalahkan  seluruh warga dalam sekolah Kaizen merasa bisa mengakui kesalahan, menunjukkan kelemahan dari prosesnya dan meminta bantuan. Keterbukaan warga sekolah dipertimbangkan  sebagai kekuatan yang bisa mengendalikan dan mengatasi  berbagai masalah dengan cepat serta bisa mewujudkan berbagai kesempatan. Sebaliknya dalam sekolah yang tertutup, idenya juga akan sama – sama tertutup.
    4. Mempromosikan keterbukaan
        Pengkotak – kotakan, berebut wilayah melalui rayonisasi sekolah,berebut kepemilikan dan membentuk tembok pemisah  sudah merupakan masalah biasa dalam manajemen sekolah yang masih sangat tradisional. Tidak ada satu pun dari sekolah tradisional ini mempromosikan saling berbagi, fungsional silang, keterbukaan dan kepemimpinan yang tampak sebagai hal biasa dalam sekolah Kaizen. Di sekolah Kaizen  ilmu pengetahuan adalah  untuk saling dibagikan dan hubungan komunikasi yang mendukungnya merupakan sumber efisiensi yang lebih besar.
    5. Menciptakan tim  kerja
         Dalam sekolah Kaizen tim kerja seperti kelompok kerja guru, satuan tugas pengendali mutu dan lain – lain adalah bahan bangunan dasar yang membentuk struktur organisasi sekolah. Masing – masing warga sekolah secara individual  memberikan sumbangan  berupa reputasi dan efisiensi, prestasi kerja dan peningkatan.
    6. Memanagemeni  Proyek melalui tim fungsional silang.
    Dalam sekolah ini , proyek peningkatan mutu, seperti MMT, direncanakan dan dilaksanakan dengan menggunakan  sumber daya antar departemen atau fungsional silang, bahkan meskipun sumber daya yang digunakan berasal dari luar sekolah.
    7. Memelihara Proses Hubungan  yang benar.
        Komunitas sekolah Kaizen tidak menyukai  hubungan yang saling bermusuhan dan penuh kontroversi, yang bisa terjadi di dalam sekolah secara murni berpusat pada hasil  dan memiliki kultur yang saling menyalahkan. Di dalam Kaizen mereka melakukan sesuatu  dengan memelihara keharmonisan dan menanam investasi dalam pelatihan di bidang  keahlian hubungan antar manusia bagi semua civitas akademi sekolah., Namun dengan memastikan  bahwa proses dalam hubungan  antar manusianya didesain untuk memelihara  kepuasan warga sekolah mka investasi sekolah memiliki  loyalitas dan komitmen.
    8. Mengembangkan Disiplin Pribadi
        Disiplin pribadi di tempat kerja  merupakan sifat alamiyah orang – orang  yang tergabung dalam Kaizen. Melalui pendidikan , agama,  dan norma – norma sosial, mereka berkeyakinan bahwa beradaptasi  dengan sifat alamiyah merupakan penguatan kembali potensi di dalam diri yang menunjukkan  dan menjaga keutuhan.
    9. Memberikan informasi kepada semua karyawan
        Salah satu kunci MMT adalah manajemen partisipatif. Yang antara lain berintikan transparansi atau keterbukaan informasi antar komunitas sekolah. Informasi merupakan  hal yang sangat penting dalam sekolah.dengan memberikan informasi yang penting pada setiap warga sekolah, tantangan perusahaan, berubah menjadi tantangan pribadi .Informasi ini juga merupakan langkah penting untuk menciptakan kultur berdasarkan pengetahuan.
    10. Memberikan wewenang kepada setiap karyawan.
        Delegasi tugas dan tanggung jawab menjadi penting   dalam sekolah Kaizen berbasis MMT auat MBS.Melalui pelatihan dalam berbagai keahlian , dorongan semangat, tanggung jawab pengambilan keputusan, akses pada sumber data dan anggaran, timbal balik, rotasi pekerjaan, dan apresiasi, pada tataran sekolah ini memiliki  kekuatan untuk secara nyata  memengaruhi urusan diri mereka sendiri dan urusan sekolah.
        Adapun menurut Sudarwan Danim ( 2007 ), secara umum struktuk organisasi dan mekanisme kerja sekolah yang dikehendaki menurut konsep MMTP adalah sebagai berikut.
    1.      Struktur organisasi sekolah mampu melancarkan  proses pengelolaan mutu secara menyeluruh dan kondusif  bagi perbaikan kualitas dengan mengurangi fungsi kontrol yang tidak perlu dan mengutamakan kerjasama yang solid dalam team work.
    2.    Struktur organisasi sekolah dapat mereduksi  pekerjaan  yang tumpang tidih ( repetitif ) akibat kesalahan struktur kerja dengan system manajemen yang sederhana tetapi efektif.
    3.    Struktur organisasi sekolah mengupayakan agar proses kerja di bawah satu komando dan mampu menilai keberhasilan sebuah sekolah
    4.    Struktur organisasi sekolah dapat mengupayakan semua anggota tim memahami visi  dan potensi  lembaga baik yang riil maupun yang  mungkin diakses.



    BAB III
    KESIMPULAN
         Uraian di atas menggariskan beberapa pemikiran esensial. Pertama , pembaharuan  dalam bidang manajemen pendidikan  meruapakan penerapan cara – cara baru dan kreatif dalam seleksi, organisasi, dan penggunaan sumber – sumber manusia dan material yang diharapkan  akan meningkatkan mutu  proses peningkatan pengelolaan pendidikan  dan hasil – hasilnya secara lebih berdaya guna dan berhasil guna.
    Kedua, kebijakan pembaharuan dalam bidang manajemen pendidikan dipandang sangat penting. Manajenen pendidikan yang inovatif  akan mampu mewujudkan tujuan sekolah, yaitu pendidikan dan pengajaran terhadap anak didik secara lebih efektif dan efisien.
    Untuk mengaplikasikan kebijakan baru dalam bidang manajemen pendidikan di sekolah – sekolah diperlukan strategi tertentu yaitu dengan cara menggunakan  power pimpinan dan meningkatkan kesadaran kepala sekolah akan pentingnya peningkatan mutu manajemen  pendidikan  di sekolah.
       Akhirnya  para pakar manajemen  pendidikan sampai pada satu kesimpulan bahwa apapun  bentuk dan bagaimanapun ragam pembaharuan pendidikan tidak akan banyak manfaatnya jika lembaga pendidikan tidak dikelola dengan format manajemen pendidikan yang efektif dan efisien. Oleh karena itu , kegiatan  penelitian dan  pengembangan  ( research and development ) untuk menghasilkan  kebijakan baru dalam bidang manajemen pendidikan  tampaknya harus sejalan dengan kegiatan penelitian pendidikan apada umumnya.
       Perubahan pola manajemen sekolah dari konvensional / sentralistik ke berbasis MMT ( desentralisasi ) berimplikasi pada perubahan kultur organisasi sekolah yang idealnya mengintegral pada seluruh komunitas  institusi persekolahan ( kepala sekolah, guru, staf dll)dapat disajikan sebagai berikut.


    Multi perubahan Kultur Organisasi MMTP
    Dari    Menjadi
    Bekerja asal jadi    Bekerja secara bermutu
    Kinerja rendah    Kinerja optimum
    Perbaikan fragmentaris    Perbaikan kontinyu
    Perspektif  jangka pendek    Perspektif jangka panjang
    Orientasi presrise    Orientasi prestasi
    Menunggu perintah    Berinisiatif
    Orientasi kerja ke dalam    Orientasi kerja ke komunitas
    Kepimimpinan transksional    Kepemimpinan transformasional
    Kewenangan tunggal    Delegasi kewenangan
    Aksi afirmatif    Aksi Delegasi
    Strutuk gemuk    Struktur ramping
    Uang memandu program    Program memandu uang
    Pemerintah sebagai sumber dana utama    Masyarakat dan pemerintah sebagai sumber dana utama
    Rutinitas dan bersahaja    Kompetisi terbuka
    Komunikasi searah    Advokasi bersama
    Menjual gagasan    Mentransformasikan gagasan
    Memerintah    Mengajak dan member contoh
    Ekslusif    Inklusif
    Dependensi    Independensi sinergis
    Saling menafikan    Kolegialitas
    Belajar mencerna    Belajar memecahkan masalah
    Pembakuan tindakan    Kreativitas mencapai tujuan
    Program sebagai acuan    Hasil sebagai acuan
    Membiayai pra masukan    Membiayai proses dan hasil
    Menjalankan tugas    Menjadi Profesional
    Menjadi Pemimpin    Menjalankan kepemimpinan
                              Kesimpulan terakhir bahwa kultur sekolah yang positif ( positive school culture ) diasosiasikan dengan motivasi dan prestasi siswa yang tinggi, meningkatkan kolaborasi antar guru, dan mengubah sikap guru terhadap pekerjaannya ke depan menjadi positif. Sehingga pembelajaran di ruang belajar, apakah atraktif atau monoton, kondusif atau distortif, produktif atau devitatif, menyenangkan atau membosankan dan sebagainya sangat ditentukan  oleh kemampuan guru bersifat positif terhadap tugasnya.Sikap positif guru di ruang belajar tidak berdiri sendiri , tetapi antara lain disumbang  oleh gaya kepemimpinan  transformasional kepala sekolah.


    DAFTAR PUSTAKA
    1.    Danim Sudarwan, Visi Baru Manajemen Sekolah dari Unit Birokrasi ke lembaga Akademik, Haka Advertising 2007.
    2.    Sallis Edward, Total Quality Management in Education Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan Peran Strategis Pendidikan di era Globalisasi Modern, IRCiSoD , November 2010.
    3.    Suparno ,Danim Sudarwan, Manajemen Kepemimpinan Transformasional Kekepalasekolahan; Visi dan Strategi Sukses Era Teknologi ,Situasi Krisis, dan Internasionalisasi Pendidikan,Rineka Cipta Jakarta.
    4.    Hasibuan Malayu,  Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara.
    5.    Tciptono Fandy dan Diana Anastasia, Total Quality Management, edisi revisi, Andi Offset.

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • Copyright © - MI BUSTANUL ULUM

    MI BUSTANUL ULUM - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan