• Posted by : MI Bustanul Ulum Sumberanyar 18 Desember 2011

    PENGERTIAN PENDIDIKAN KARAKTER

    Menurut  Elkind  &  Sweet  (2004),  pendidikan  karakter  dimaknai sebagai  berikut:  “character  education  is  the  deliberate  effort  to help  people  understand,  care  about,  and  act  upon  core  ethical values. When we  think about  the kind of  character we want  for our  children,  it  is  clear  that we want  them  to  be  able  to  judge what  is right, care deeply about what  is right, and  then do what they believe to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within”.

    Lebih  lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu  yang  dilakukan  guru,  yang  mampu  mempengaruhi karakter  peserta  didik.  Guru  membantu  membentuk  watak peserta didik. Hal  ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.


    Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna  yang  sama  dengan    pendidikan  moral  dan  pendidikan akhlak.  Tujuannya  adalah  membentuk    pribadi  anak,  supaya menjadi  manusia  yang  baik,  warga  masyarakat,  dan warga negara  yang  baik.  Adapun  kriteria  manusia  yang  baik,  warga masyarakat  yang  baik,  dan warga  negara  yang  baik  bagi  suatu masyarakat  atau  bangsa,  secara  umum  adalah  nilai-nilai  sosial tertentu, yang  banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya.  Oleh  karena    itu,  hakikat  dari  pendidikan  karakter dalam  konteks  pendidikan  di  Indonesia  adalah  pedidikan  nilai, yakni   pendidikan nilai-nilai  luhur     yang bersumber dari budaya bangsa  Indonesia  sendiri,  dalam  rangka    membina  kepribadian generasi muda.

    Para  pakar  pendidikan  pada  umumnya  sependapat  tentang pentingnya  upaya  peningkatan  pendidikan  karakter  pada  jalur pendidikan  formal.  Namun  demikian,  ada  perbedaan-perbedaan pendapat  di  antara  mereka    tentang  pendekatan  dan  modus pendidikannya.  Berhubungan  dengan    pendekatan,  sebagian pakar  menyarankan  penggunaan  pendekatan-pendekatan pendidikan  moral  yang  dikembangkan  di  negara-negara  barat, seperti:  pendekatan  perkembangan  moral  kognitif,  pendekatan analisis nilai, dan pendekatan klarifikasi nilai. Sebagian  yang lain menyarankan  penggunaan  pendekatan  tradisional,  yakni melalui penanaman nilai-nilai sosial tertentu dalam diri peserta didik.  

    Berdasarkan  grand  design  yang  dikembangkan  Kemendiknas (2010),  secara  psikologis  dan  sosial  kultural  pembentukan karakter  dalam  diri  individu  merupakan  fungsi  dari  seluruh potensi  individu  manusia  (kognitif,  afektif,  konatif,  dan psikomotorik)  dalam  konteks  interaksi  sosial  kultural  (dalam keluarga,  sekolah,  dan masyarakat)  dan  berlangsung  sepanjang hayat.  Konfigurasi  karakter  dalam  konteks  totalitas  proses psikologis  dan  sosial-kultural  tersebut  dapat  dikelompokkan dalam:  Olah  Hati  (Spiritual  and  emotional  development)  ,  Olah Pikir  (intellectual  development),  Olah  Raga  dan  Kinestetik  (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective  and  Creativity  development)  yang  secara  diagramatik dapat digambarkan sebagai berikut. 


    OLAH PIKIR
    Cerdas
    OLAH HATI
    Jujur dan
    Berjanggung Jawab
    OLAH RAGA (KINESTETIK)
    Bersih, Sehat, Menarik
    OLAH RASA dan KARSA
    Peduli dan Kreatif

    Para  pakar  telah  mengemukakan  berbagai  teori  tentang pendidikan  karakter.    Menurut  Hersh,  et.  al.  (1980),  di  antara berbagai  teori  yang  berkembang,  ada  enam  teori  yang  banyak digunakan;  yaitu  pendekatan  pengembangan  rasional, pendekatan  pertimbangan,  pendekatan  klarifikasi  nilai, pendekatan  pengembangan  moral  kognitif,  dan  pendekatan perilaku  sosial. Berbeda dengan  klasifikasi  tersebut, Elias  (1989)  mengklasifikasikan berbagai teori yang berkembang menjadi tiga, yakni:  pendekatan  kognitif,  pendekatan  afektif,  dan  pendekatan perilaku. Klasifikasi  didasarkan  pada  tiga  unsur   moralitas,  yang biasa menjadi tumpuan kajian psikologi, yakni:  perilaku, kognisi,dan afeksi. 

    Berdasarkan  pembahasan  di  atas  dapat  ditegaskan  bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan  secara  sistematis  untuk  menanamkan  nilai-nilai perilaku  peserta  didik  yang  berhubungan  dengan  Tuhan  Yang Maha  Esa,  diri  sendiri,  sesama  manusia,  lingkungan,  dan kebangsaan  yang  terwujud  dalam  pikiran,  sikap,  perasaan, perkataan,  dan  perbuatan  berdasarkan  norma-norma  agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.


    Baca Juga


    Pendidikan Berkarakter Bangsa,

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • Copyright © - MI BUSTANUL ULUM

    MI BUSTANUL ULUM - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan